Pemain Jepang Tua
Sebagai negeri para samurai dan ninja, Jepang tidak perlu diragukan lagi soal menempa pedang. Bahkan, saking eratnya, Jepang juga terkenal karena para samurai dan pedang-pedangnya di zaman dulu. Selain sebagai senjata, pedang Jepang (nihonto) juga melambangkan kekuasaan pada zaman dulu.
Namun, tahukah kamu, dulunya nihonto memiliki dua bilah seperti pedang Jian dari Tiongkok? Namun, semua berubah pada era Heian abad ke-8 saat seorang pandai besi Jepang, Amakuni Yasutsuna dan putranya, Amakura, membuat pedang lengkung (tachi) bilah ganda yang tak akan patah, dikenal dengan nama "Kogarasu Maru".
Karena terus digunakan dan diwariskan turun-temurun, beberapa nihonto yang diresmikan sebagai warisan nasional Jepang (kokuho) dan disimpan di museum-museum Jepang ternyata berasal dari ratusan hingga ribuan tahun yang lampau. Inilah tujuh pedang samurai yang berusia paling tua dalam sejarah Jepang!
"Fans Touken Ranbu pasti tahu pedang-pedang ini..."
Kogarasu Maru (sekitar abad ke-8)
Sesuai yang diceritakan sebelumnya, pedang tertua di daftar ini tidak lain adalah Kogarasu Maru, tachi pertama Jepang yang ditempa oleh Amakuni bersama putranya, Amakura, pada era Heian atau abad ke-8.
Setelah melihat tentara Jepang yang kembali dengan pedang patah dan membangkitkan amarah kaisar Jepang, Amakuni dan Amakura meminta bantuan dewa untuk membuat sebuah pedang yang "tidak akan patah". Dengan mengambil pasir besi terbaik, Amakuni dan Amakura menghabiskan waktu hingga sebulan untuk menempa satu pedang.
Alhasil, lahirlah tachi pertama yang sekaligus nenek moyang pedang samurai Jepang, Kogarasu Maru yang berarti "Gagak Kecil". Saat para serdadu berperang dan kembali, sang kaisar senang karena pedang tersebut tidak ada yang patah! Saking awetnya, Kogarasu Maru masih dipertontonkan di Museum Koleksi Imperial Jepang hingga sekarang.
Semenjak era Restorasi Meiji menjelang akhir abad ke-19, Jepang sudah tidak lagi menggunakan nihonto sebagai senjata. Namun, bukan berarti dimusnahkan atau dibuang, pedang-pedang dan senjata peninggalan tersebut diberi gelar kokuho dan diabadikan di berbagai kuil, museum, hingga perusahaan yang melestarikan peninggalan sejarah.
Itulah 7 pedang samurai tertua dari Jepang yang masih ada hingga saat ini, dari Honjo Masamune yang tidak bisa ditemukan hingga Kogarasu Maru yang adalah nenek moyang dari pedang samurai Jepang hingga masa kini.
Hingga saat ini, para ahli pedang Jepang masih membuat nihonto, namun bukan hanya sebagai senjata, melainkan sebagai seni yang bernilai tinggi. Dari 7 pedang samurai di daftar ini, manakah yang kamu tahu atau pernah lihat?
Baca Juga: 5 Pedang yang Mengukir Sejarah Peradaban, Ada Nama yang Familier
Harga, Rendah ke Tinggi
Directed By: Adi Jamaludin
Synopsis: Danial and Puteri are going to live with their grandfather (Atok) for a while. They are not used to living a life without television, internet connection and of course, their mobiles, while their grandfather, on the other hand, firmly believes that one should spend time strengthening familial ties by communicating to them face-to-face, instead of relying on gadgets. During one of their disagreements, Danial and Puteri decide to leave the grandfather's house and explore the forest, where they meet a talking cat, a mysterious lady and a nenek kebayan. Will they learn anything from their short stint in the forest? Will they be able to make their way back to their grandfather's house? Find out more from Kata Orang Tua-Tua, where we explore the importance of familial ties and rationale behind different traditional beliefs.
Language: Bahasa Melayu Date: 3 - 5 August 2023 Time: 3 - 4 August, 3:00pm & 4:30pm / 5 August, 8:00pm Venue: The Playden, The Arts House Buy Tickets
Bola.com, Jakarta - Kasihan Bukayo Saka. Ia sudah bermimpi menorehkan sejarah di pentas Liga Inggris 2022/2023 bersama Arsenal. Sayang, semua itu tak kesampaian.
The Gunners harus puas finis di posisi kedua dengan total 84 poin. Tim asuhan Mikel Arteta mengakui ketangguhan rival terberatnya sepanjang musim ini, Manchester City.
Man City mendepak Meriam London pada pekan-pekan menuju akhir setelah memuncaki klasemen sementara selama 248 hari. Arsenal ceroboh dan mental terguncang, membuat mereka gagal bangkit.
Kegagalan Arsenal berimbas ketidakberdayaan Saka dalam persaingan Pemain Muda Terbaik Liga Inggris 2022/2023. Ia harus rela sekadar memendam rasa.
Saka, 21 tahun, seperti tertera di situs resmi Premier League, masuk daftar Pemain Muda Terbaik musim ini. Pesaingnya adalah Martin Odegaard, Gabriel Martinelli, Alexis Mac Allister, Moises Caicedo, Sven Botman, Alexander Isak, dan Erling Haaland.
Status bergengsi tersebut menjadi milik Haaland, menyusul aksi gemilangnya bareng Man City. Predator berusia 22 tahun itu membawa Man City ke singgasana juara dan menggondol gelar top skorer.
Haaland hanya butuh semusim guna merengkuh dua pencapaian spektakulernya itu sejak diboyong dari Borussia Dortmund. Tapi, ya sudahlah. Saka toh tetap sosok pemain muda yang jempolan di hati para suporter setia Gudang Peluru.
Ia sepakat memperpanjang masa kontrak hingga 2027 dan gaji 290. ribu pounds atau setara Rp 5,3 miliar per pekan. Arsenal pastinya bangga dengan pemain muda bercahaya macam Saka.
Namun, kalian juga harus tahu, di sejumlah klub fans justru kagum dengan pemain-pemain tua. Tak hanya menjadi inspirasi, para veteran juga mampu membangkitkan semangat pemain-pemain muda. Terlebih ketika menghadapi laga-laga genting.
Lantas, siapa saja pemain 'toku' yang masih oke, termasuk dari tetangga jauh Indonesia ; Jepang.
Berita video Kazuyoshi Miura yang sudah berusia 52 tahun masih teken kontrak baru di Yokohama FC. Belum juga pensiun ya Miura?
Kazuyoshi Miura dikenal sebagai pesepakbola tertua di dunia. Tak tanggung-tanggung, usianya saat ini sudah 55 tahun!
Meski jelas sudah tak lagi muda, tapi Kazuyoshi Miura belum mau pensiun. Ia bahkan kini bisa menembus klub di Liga Portugal.
Dikutip dari detikSport, Oliveirense jadi pelabuhan Kazuyoshi Miura. Penyerang asal Jepang tersebut memutuskan pindah ke klub kasta kedua Liga Portugal tersebut dengan status pinjaman dari klub kasta tertinggi Liga Jepang, Yokohama FC. Yokohama FC merupakan klub yang dibela Miura sejak 2005.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun sangat bersemangat menjalani karier di klub barunya. Ia siap bekerja keras untuk menunjukkan kemampuannya.
"Meskipun ini adalah tempat baru bagi saya, saya akan bekerja keras untuk menunjukkan model permainan saya yang membuat saya terkenal," ujar Miura.
Petualangan baru Miura di Portugal membuatnya kini telah bermain di enam negara berbeda. Selain Jepang dan Portugal, ia pernah berlaga di Italia, Kroasia, Australia, dan Brasil.
Brasil menjadi negara Miura memulai kariernya profesionalnya pada tahun 1986. Ia pernah bermain di beberapa klub besar negeri samba seperti Santos dan Palmeiras.
Miura sendiri mampu menjaga kebugarannya untuk terus bermain hingga usia 55 tahun. Ia bahkan akan segera berulang tahun ke-56 pada 26 Februari mendatang. Ia berencana baru akan pensiun pada usia 60 tahun.
Pada musim lalu, Miura bahkan masih mampu mencetak dua gol saat dipinjamkan Yokohama FC ke klub divisi empat, Suzuka Point Getters dari 18 penampilan. Ia total telah bikin 193 gol di level klub. Sementara di Timnas Jepang, Miura mengemas 55 gol dari 89 caps.
Artikel ini telah tayang di detikSport dengan judul Tua-tua Keladi! King Kazu ke Liga Portugal di Usia 55 Tahun
Ōdenta-Mitsuyo (sekitar abad ke-11)
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Termasuk dalam Tenka-Goken, Ōdenta adalah tachi sepanjang 66 cm dan lengkungan 2,7 cm yang ditempa oleh Miike Denta Mitsuyo sekitar abad ke-11. Saat ini, Ōdenta adalah kokuho yang dipampang di Maeda Ikutokukai, perusahaan yang melestarikan warisan klan Maeda, penguasa Kaga.
Bersama dengan Onimaru dan Futatsu-mei, Ōdenta menjadi salah satu dari tiga lambang klan Ashikaga. Diturunkan kepada shogun turun temurun hingga kejatuhan klan Ashikaga oleh Oda Nobunaga, Ōdenta akhirnya berpindah tangan ke tangan Hideyoshi Toyotomi, sebelum akhirnya diberikan kepada klan Maeda lewat kawannya sekaligus salah satu jenderal Oda, Maeda Toshiie.
Beredar kisah mistis bahwa pedang Ōdenta mampu mengusir roh jahat. Saat putri Maeda, Go, sakit dan diganggu roh jahat, pedang Ōdenta-lah yang mengusir roh jahat dan penyakitnya. Namun, saat dikembalikan ke Hideyoshi, Go kembali diganggu dan sakit-sakitan. Setia kawan, Hideyoshi menghibahkan Ōdenta kepada Maeda hingga sekarang.
Mikazuki-Munechika (sekitar akhir abad ke-10)
Masih dalam koleksi Tenka-Goken, Mikazuki adalah tachi sepanjang 80 cm dengan lengkungan 2,7 cm yang ditempa oleh Sanjô Munechika sekitar pada era Heian, akhir abad ke-10. Mikazuki memiliki arti "bulan sabit", sesuai dengan motif pada bilahnya. Ditahbiskan menjadi kokuho, saat ini Mikazuki dipampang di Museum Nasional Tokyo.
Sanjô sendiri adalah salah satu penempa pedang paling terkenal di Jepang di masa Heian. Sama seperti pedang-pedang di daftar ini, Mikazuki sempat berpindah tangan di klan-klan penting Jepang. Mikazuki sempat berada dalam kepemilikan Hideyoshi Toyotomi. Sama seperti Honjo Masamune, warisan Mikazuki berakhir di tangan klan Tokugawa.
Honjo Masamune (akhir abad ke-13)
Dikenal sebagai penempa pedang terbaik Jepang di masanya, Masamune pernah menempa magnum opus-nya, yaitu Honjo Masamune. Sebagai harta karun terbesar Jepang, Honjo Masamune adalah simbol kekuasaan Keshogunan Tokugawa di zaman Edo yang terus diturunkan ke para shogun.
Nama "Honjo" berasal dari penggunanya yang paling terkenal, Jenderal Honjō Shigenaga yang memperoleh pedang Masamune dari medan pertempuran pada 1561. Honjo Masamune kemudian berpindah tangan ke Hideyoshi Toyotomi hingga akhirnya dimiliki oleh Ieyasu Tokugawa dan keluarga. Pada 1939, Honjo Masamune diangkat menjadi kokuho.
Pemilik terakhirnya adalah Iemasa Tokugawa, kepala klan Tokugawa ke-17 saat Perang Dunia II (PD2). Namun, karena Amerika Serikat (AS) melarang penggunaan katana di Jepang, Iemasa akhirnya menyerahkan seluruh 14 nihonto pusaka Tokugawa, termasuk Honjo Masamune ke kepolisian Mejiro pada Desember 1945.
Namun, Honjo Masamune adalah "harta karun". Dengan kata lain, hingga saat ini, keberadaan Honjo Masamune masih antah berantah dan masih dalam tahap pencarian para peneliti sejarah Jepang.
Juzumaru-Tsunetsugu (awal abad ke-13)
Juga termasuk dalam Tenka-Goken, Juzumaru adalah tachi sepanjang 81 cm dengan lengkungan 3 cm yang ditempa oleh Aoe Tsunetsugu pada era Kamakura, awal abad ke-13. Saat ini, Juzumaru berada di Kuil Honkōji, Amagasaki.
Juzumaru awalnya adalah sebuah tachi pemberian untuk rahib Buddhis Jepang, Nichiren, sebagai senjata bela diri. Karena tidak ingin menggunakannya untuk membunuh melainkan sebagai lambang "kebaikan yang mengatasi kejahatan", Nichiren mengalungkan tasbih Buddha (juzu) pada gagangnya, sehingga namanya menjadi Juzumaru.
Baca Juga: 10 Senjata Kimia Populer Paling Mematikan Zaman Dulu, Efeknya Ngeri!
Dōjigiri-Yasutsuna (sekitar abad ke-10)
Pedang terakhir di koleksi Tenka-Goken adalah Dōjigiri. Tachi satu ini ditempa oleh Hōki-no-Kuni Yasutsuna pada era Heian sepanjang 80 cm dan melengkung 2,7 cm dan dijuluki "yokozuna (peringkat teratas) dari seluruh nihonto" karena kualitas dan nilai artistik dan historisnya. Dōjigiri menemani Mikazuki di Museum Nasional Tokyo sebagai kokuho.
Konon katanya, pedang ini mendapatkan namanya karena digunakan untuk membunuh iblis! Bupati klan Fujiwara, Minamoto no Yorimitsu, menggunakan pedang ini untuk menebas iblis bernama Shuten-dōji, sehingga namanya menjadi Dōjigiri. Pedang ini juga digunakan oleh Hideyoshi Toyotomi dan Ieyasu Tokugawa.
Onimaru-Kunitsuna (sekitar abad ke-13)
Sesuai namanya yang berarti "Pedang Iblis", Onimaru adalah salah satu tachi dari "Lima Pedang Langit Jepang" (Tenka-Goken). Onimaru ditempa sepanjang 85,2 cm dengan lengkungan 3 cm oleh Awataguchi Sakon-no-Shōgen Kunitsuna sekitar abad ke-13.
Kisah Onimaru tertulis dalam syair Taiheiki, saat tachi tersebut membunuh iblis yang menghantui bupati Kamakura, Hojo Tokimasa. Onimaru adalah salah satu dari tiga lambang klan Ashikaga. Saat ini, tachi Onimaru adalah milik dari Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang.