Apakah Ada Judi Legal Di Indonesia
Berisiko Terlilit Utang
Masalah sering muncul ketika seseorang kehilangan uang dalam main judi, terutama jika ia berutang dengan harapan akan menang. Ketika ia kalah dan tidak mampu membayar uang kembali, si pemain tentu akan terjerumus.
Seperti dikatakan dalam Amsal 22:7, “yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.” Sudah banyak cerita orang yang terlilit utang piutang karena judi.
Judi = Menyalahgunakan Kepercayaan Tuhan
Meskipun Alkitab tidak secara spesifik menyebutkan tentang main judi, prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya memberi kita panduan yang jelas.
Pada akhirnya, berjudi adalah perbuatan yang tidak menghargai kepercayaan Tuhan kepada kita. Juga, dengan berjudi, kita terjebak dalam hawa nafsu dan merugikan diri sendiri. Mari hindari perjudian, apapun bentuknya, sehingga hidup kita tetap memuliakan Tuhan.
(Visited 2,743 times, 5 visits today)
Last modified: Oct 24
MEDIAWARTA.COM, SINGAPURA – Selain prostitusi legal seperti yang terdapat di red district atau distrik merah Geylang, Singapura juga melegalkan judi. Kendati demikian, prostitusi maupun judi diawasi dengan kontrol yang sangat ketat pemerintah di sana.
Sudah menjadi rahasia umum jika judi merupakan salah satu aset terbesar yang menyumbang pendapatan bagi Singapura, meskipun ini pernah dibantah pemerintah Negeri Patung Merlion.
Di beberapa wilayah, banyak kasino yang dibangun secara elite dan megah. Ini memang serupa daerah Genting di Malaysia. Beberapa kasino bahkan dipadukan sarana publik, seperti pusat perbelanjaan, hotel, convention, restoran, pusat penjualan suvenir, arena pameran, bioskop, dan lain-lain.
Kasino yang paling sohor, di antaranya Marina Bay Sands (MBS) dan Resort World Sentosa (RWS), sehingga bukan hal asing jika banyak pengunjung dari berbagai negara bertandang ke Singapura. Tujuannya, untuk berwisata sekaligus merasakan sensasi berjudi di kasino mewah.
Dalam kesempatan ke Singapura, MediaWarta.com berusaha menelusuri beberapa pusat perjudian yang dilegalkan pemerintah, terutama judi tebak nomor atau lazim disebut Toto. Toto yang lebih dikenal sebagai Toto Gelap (Togel) di Indonesia, merupakan salah satu jenis judi yang sangat populer di kalangan warga Singapura selain kasino dan pacuan kuda.
Tidak hanya di Singapura, Toto asal Singapura juga cukup dikenal negara-negara lain di luar Singapura. Apalagi, bagi penikmat judi online, pasti sudah sering mendengar ataupun bermain judi ala Singapura ini.
Toto di Singapura diproyeksi berasal dari Kota Kedah Malaysia, dan telah ada sejak 1951. Semasa itu, hadiahnya berupa sepeda dengan pembelian sekali pasang angka sebesar satu dolar Singapura. Permainannya masih sederhana, disebut 2D, yaitu menebak dua digit angka yang keluar.
Selanjutnya, pada 1966 permainan 4D dirilis pertama kali perusahaan The Singapore Turf Club. Hadiahnya, dua ribu dolar Singapura dengan harga satu pemasangan angka hanya satu dolar Singapura.
Dalam perkembangannya, pada 1968 perusahaan The Singapore Turf Club diambil alih pemerintah dan berganti wadah menjadi Singapore Pools. Singapore Pools merupakan satu-satunya penyelenggara judi yang sah dan diakui secara hukum pemerintah Singapura.
Perusahaan ini didirikan untuk melokalisasi judi Toto agar lebih terkontrol dan memberantas judi ilegal yang saat itu tengah marak dalam masyarakat Singapura. Dengan hadirnya judi Toto legal ini, maka pemerintah berharap dapat mendongkrak income negara.
Saat ini, Toto merambah mal-mal ternama di Singapura. Dari pantauan MediaWarta.com (secara candid karena tidak diperbolehkan memotret) di Bugis Junction, Bugis Street, Sabtu (2/4/2016), salah satu gerai yang menawarkan Toto dipenuhi warga yang ingin mengadu nasib pada tebakan di sejumlah kupon.
Peminatnya tidak hanya pria, tetapi juga banyak wanita, bahkan ibu rumah tangga. Namun seperti sebelumnya, pemerintah Singapura sangat ketat mengawasi perjudian ini. Sehingga, hanya dapat dimainkan warga yang telah berusia 18 tahun ke atas. Tentunya, dengan menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP).
Effendy Wongso/Foto: Effendy Wongso
Mulai dari Pecinan Glodok
Tempat judi yang pertama kali dilegalkan oleh Ali Sadikin adalah di Pecinan Glodok. Kawasan itu sudah menjadi pusat perekonomian Jakarta sejak zaman Belanda.
Salah satu alasan menempatkan pusat judi di area itu karena kebijakan kontroversial melegalkan perjudian itu dilaksanakan dengan aturan yang ketat.
Ya, dalam Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 805/A/k/BKD/1967 yang diterbitkan pada tanggal 21 September 1967 disebutkan salah satu poinnya membentuk tim pengawas lokalisasi perjudian itu. Tugas-tugas tim pengawasan itu melingkupi pencegahan terhadap segala bentuk penyalahgunaan kebijakan lokalisasi perjudian, melindungi masyarakat dari akibat-akibat negatif, serta mengadakan seleksi terhadap para pengunjung.
Asep mengatakan Pecinan menjadi sentra kawasan perjudian bukan dimunculkan pada era kepemimpinan Ali Sadikin. Tetapi, area itu sudah sohor sebagai lokalisasi sejak zaman Belanda. Bahkan, dijuluki Las Vegas-nya Batavia.
"Jadi Pecinan itu mencakup Glodok, Mangga Besar, dan sekitarnya itu adalah kawasan yang dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dan kawasan itu memang menjadi kawasan yang misalnya kita ada dulu ada namanya Jilakeng itu di sekitar Asemka-Glodok gitu ya itu di Kali Krukut kalau tidak salah. Jilakeng itu adalah Las Vegas-nya Batavia di zaman itu. Jadi, memang saat kebijakan itu oleh Ali Sadikin dilakukan memang mau tidak mau suka-tidak suka ya lokasinya di sana," kata Asep.
Ia pun menambahkan selain wilayah tersebut, kawasan Kota Tua juga menjadi satu dari beberapa wilayah yang memiliki tempat perjudian dan prostitusi kala itu. Dari hasil identifikasinya, di Kota Tua banyak tersimpan bangunan-bangunan tua juga kosong peninggalan Belanda dan ternyata di dalam bangunan kosong itu juga banyak terdapat aktivitas perjudian.
"Bahkan sampai Kota Tua. Ya, jadi di Kota Tua itu banyak gedung-gedung Belanda yang dianggap kosong padahal itu menjadi tempat bola tangkas, judi, dan lain sebagainya berbagai jenis kejadian terjadi di sana," ujar Asep.
Asep juga menyebut salah satu bangunan di Kota Tua yang dulu pernah dijadikan pusat permainan judi. Itu berdasarkan hasil wawancara dengan warga di sekitar sekitar bangunan tersebut.
"Saya kira Toko Merah salah satunya jadi itu menyebar dan tidak ada yang tahu pasti kecuali mereka yang pernah berjudi di masa itu. Jadi saya sendiri tahu karena dari warga lokal, kemudian pemulung yang bekerja atau yang menginap di gedung-gedung terbengkalai itu, gedung tua itu, dan warga lokal," ujar dia.
Memang kala judi dilegalkan oleh Ali Sadikin tempatnya tak boleh terang-terangan menggelar aktivitas tersebut, seperti di kawasan Glodok. Menurut beberapa warga di sana terdapat beberapa titik yang pernah dijadikan tempat untuk berjudi, mulai dari bangunan di dalam gang hingga kini menjadi ikon kawasan tersebut.
"Menyebar jadi mereka kan terselubung meskipun dilegalkan di masa itu, kebanyakan mereka berkamuflase sebagai restoran, sebagai hotel, dan itu menyatu jadi hotel, restoran, tempat, judi, dan prostitusi itu di situ dalam satu tempat," kata dia.
Sejarah mencatat beberapa tempat di Jakarta menjadi pusat perjudian, termasuk saat dipimpin Gubernur Ali Sadikin. Perjudian dilegalkan, keuntungannya untuk membiayai pembangunan Jakarta.
Pemerhati sejarah Asep Kambali mengatakan kebijakan yang diambil oleh Ali Sadikin, yang memimpin Jakarta pada 1966 hingga 1977, tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Saat Ali Sadikin didapuk sebagai orang nomor satu di Jakarta, APBD yang dimiliki oleh Jakarta hanya sekitar Rp 66 juta rupiah.
Langkah itu diambil bukan tanpa alasan. Keputusan itu didasari banyaknya praktik perjudian dan prostitusi yang terjadi di wilayah Jakarta. Nah, lokalisasi itu untuk menjaga masyarakat umum agar tidak terpapar aktivitas judi di tempat terbuka. Selain itu, dengan adanya tempat-tempat judi legal seperti ini, pemerintah dapat menjaga retribusi kota Jakarta melalui pajak perjudian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menyadari bahwa kondisi Jakarta saat itu butuh banyak pembangunan, butuh banyak perbaikan di sana-sini. Sehingga, memang terobosan yang saat itu mungkin dianggap memiliki efek yang signifikan artinya bisa diandalkan secara waktu dan secara guna," kata Asep saat dihubungi detikTravel, Selasa (9/7/2024).
"Jadi tepat waktu, tepat guna, dan artinya lebih mudah dan kondisi saat itu orang lebih banyak bermain kucing-kucingan dengan pemerintah, dengan aparat jadi lebih baik dua hal, prostitusi dan perjudian itu akhirnya di lokalisir ditempatkan di dalam satu tempat khusus yang itu kemudian dikelola secara resmi dan akhirnya menjadi sumber pemasukan yang kita sebut hari ini istilahnya mungkin pendapatan asli daerah atau PAD," Asep menambahkan.
Asep juga menyebut kebijakan yang sarat kontroversi itu terbukti menghasilkan pemasukan 'instan' bagi Jakarta. Uang pajak perjudian dan prostitusi itu dari hasil tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur Jakarta.
"Dari judi dan prostitusi itu terbukti kemudian menghasilkan pembangunan berbagai infrastruktur, misalnya Jalan Pramuka, Jalan Pemuda. Itu adalah salah satu contoh hasil dari pembangunan yang uangnya dari judi dan prostitusi itu. Jadi, memang judi dan prostitusi ini tidak bisa dipisahkan karena dua-duanya berkaitan," dia menjelaskan.
Dari berbagai informasi, Kota Jakarta tempo dulu saat dipimpin Ali Sadikin, memiliki beberapa sentra judi yang jadi mesin uang ibu kota, seperti di Pecinan Pancoran-Glodok, Gedung Sarinah lantai 13, Djakarta Theater, Copacabana dan Hailai di Ancol. Bangunan-bangunan tersebut kini sudah beralih fungsi karena setelah Ali Sadikin lengser kebijakan itu juga dihentikan.
Bukan Cuma Main Judi, tetapi Hati
Menurut KBBI, judi adalah “permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan.” Singkatnya, permainan yang mempertaruhkan barang berharga dapat menjadi ajang perjudian.
Kita sering mendengarnya. Misalnya, judi dengan kartu. Judi bola, yang menggunakan tebak-tebakan skor. Atau judi di kasino dengan berbagai mesin permainan. Semuanya mempertaruhkan uang sebagai sumber ketegangan. Tidak heran, perjudian tampak memukau, karena memberi keuntungan dan rasa tegang.
Meskipun kata “main judi” secara spesifik tidak muncul dalam Alkitab, prinsip-prinsip yang diajarkan sangatlah jelas. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak menyia-nyiakan uang dan untuk menghindari keinginan cepat kaya. Misalnya, di 1 Timotius 6:10 kita diberitahu, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.“
Kita jelas diperingatkan untuk tidak mencintai uang, dan mengelola baik-baik pemberian Tuhan. Berjudi, sebaliknya, adalah lawan dari kedua hal tersebut. Dengan berjudi, kita terpacu untuk memenangi uang sebanyak-banyaknya, tanpa sadar akan risiko besar di baliknya. Akhirnya berkat Tuhan pun tersia-sia demi keuntungan yang tak jelas.
Jadi jelas, perjudian adalah batu sandungan besar dalam hidup rohani.
Sejarah Judi Legal di Indonesia
Jumat, 23 April 2010 - 10:38 WIB
VIVAnews - Kebijakan pemerintah 'mengharamkan' judi mulai diutak-atik. Dikawal pengacara Farhat Abbas, seorang pedagang sayur, Suyud dan Liem Dat Kui, mengajukan judicial review untuk melegalkan judi.Suyud merupakan pedagang yang pernah ditangkap dalam kasus judi, dengan barang bukti Rp 58.000. Ia ditahan selama 4 bulan 1 minggu. Suyud terjerat pasal yang kini digugatnya.
Sedangkan Mr Liem Dat Kui warga Tionghoa yang terdaftar sebagai warga Negara Indonesia punya alasan lain. Liem Dat Kui menilai judi adalah bagian dari tradisi.Farhat, sang pengacara meminta MK mengabulkan permohonan kliennya (pemohon) dengan menguji pasal 303 ayat (1), (2), dan (3), pasal 303 ayat (1), (2) KUHP dan pasal 1, pasal 2, pasal 3, pasal 4, pasal 5 UU No.7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian yang dinilainya membatasi hak asasi manusia. Pengajuan judicial review dilakukan Rabu 21 April 2010 lalu ke Mahkamah Konstitusi.Sebetulnya, meski kontroversial dan memicu polemik, judi legal pernah diberlakukan di Indonesia. Pada zaman Propinsi Jakarta dipimpin Ali Sadikin, judi untuk menyokong pembangunan pernah dilegalkan. Ali Sadikin yang menjadi gubernur DKI Jakarta selama 11 tahun (1966-1977) saat itu menyadari uang panas judi bisa dihimpun untuk berbuat hal positif. Pria yang akrab disapa Bang Ali ini pun memutuskan melegalisasi perjudian. Maka diresmikankan sebuah kasino yang didanai pengusaha Apyang dan Yo Putshong.
Hasilnya tak sia-sia. Anggaran pembangunan DKI yang semula cuma Rp 66 juta melonjak tajam hingga lebih Rp 89 miliar dalam tempo sepuluh tahun. Artinya rata-rata per tahun sekitar Rp 890 juta, melonjak lebih dari 1000 persen. Bang Ali pun membangun sekolah, puskesmas, pasar. Jakarta juga dibenahi menjadi lebih kinclong.Penelusuran VIVAnews, tak hanya membangun kasino, zaman Bang Ali juga ada lotre yang diberi nama Toto dan Nalo (Nasional Lotre). Lotre terus berkembang hingga zaman Orde Baru. Misalnya, untuk menghimpun dana penyelenggaraan PON VII di Surabaya pada 1969, Pemda Surabaya menerbitkan Lotto alias Lotres Totalisator. Kemudian muncul juga Toto KONI yang dihapus tahun 1974. Namun upaya melegalkan judi terus dipikirkan. Tahun 1976 Depsos melakukan studi banding ke Inggris untuk menerbitkan forecast yang dinilai tidak menimbulkan ekses judi karena sifatnya hanya tebak-tebakan. Namun dengan memperhitungkan segala dampak, termasuk untung ruginya, forecast baru bisa dilaksanakan tujuh tahun kemudian.Pada Desember 1985, Kupon Berhadiah Porkas Sepak Bola diresmikan, diedarkan, dan dijual. Waktu itu tujuan Porkas menghimpun dana masyarakat untuk menunjang pembinaan dan pengembangan prestasi olahraga Indonesia. Porkas lahir berdasarkan UU No 22 Tahun 1954 tentang Undian. Porkas beredar sampai tingkat kabupaten dan anak-anak di bawah usia 17 tahun dilarang menjual, mengedarkan, serta membelinya. Akhir 1987, Porkas berubah nama menjadi Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah (KSOB) dan bersifat lebih realistis. Namun dengan alasan menimbulkan dampak negatif karena banyaknya dana masyarakat desa yang tersedot, maka tahun 1989 penjualan kupon ini dihentikan.Saat yang bersamaan muncullah permainan baru yang dinamakan Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). Namun tahun 1993, pemerintah mencabut izin penyelenggaraan SDSB. (hs)
Mendorong Keserakahan
Alkitab mengajarkan kita untuk berpuas diri dengan apa yang kita miliki. Dalam Ibrani 13:5 dikatakan, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. ” Main judi, dengan harapan memperoleh lebih, bertentangan dengan prinsip ini. Kita akan terus terpacu untuk main lagi dan lagi, untuk menang lagi dan lagi. Bukankah itu yang disebut serakah?
Usai sidang, kuasa hukum Baim, Fahmi Bachmid mengungkap bahwa dua dari beberapa orang saksi itu mengetahui ada kejadian luar biasa yang diduga berkaitan dengan Paula
Berita tentang judi sedang naik belakangan ini, utamanya dalam bentuk online. Main judi terasa begitu menjanjikan. Dengan sedikit uang, kita bisa menang besar. Apalagi Alkitab tidak mengatakan apapun tentang hal ini. Lantas, bolehkah kita berjudi?
Pihak Baim Wong Sebut Saksi di Sidang Ungkap Kejadian Luar Biasa tentang Paula Verhoeven, Apa Itu?
Menggantikan Kepercayaan kepada Tuhan
Alih-alih bergantung pada Tuhan untuk memenuhi kebutuhan kita, main judi bisa membuat seseorang bergantung pada keberuntungan. Padahal, dalam Yesaya 17:7 dikatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!”